Selasa, 26 Februari 2019

Flora dan Fauna Khas Sulawesi Selatan

  • Fauna Khas Sulawesi Selatan :
    Image result for Julang Sulawesi
    Julang sulawesi merupakan fauna khas Sulawesi utara. Julang sulawesi (Aceros cassidix) adalah spesies burung rangkong dalam familiBucerotidae. Burung ini endemik di Sulawesi. Burung ini dikenal juga dengan nama burung Taong.
    ciri – ciri julang Sulawesi antara lain , julang sulawesi memiliki warna mencolok mata, dengan warna tubuh hitam, paruh kuning emas, dan warna merah mencolok di atas paruhnya, ekor berwarna putih, warna biru di sekitar mata, kaki kehitaman dan warna leher biru. Berukuran sangat besar (104 cm), berekor putih dan paruh bertanduk. Jantan: tanduk merah tua; kepala, leher dan dada bungalan merah-karat. Betina: kepala dan leher hitam, tanduk kuning lebih kecil. Panjang tubuh dapat mencapai 100 cm pada jantan, dan 88 cm pada betina.Julang Sulawesi memiliki tanduk (casque) yang besar di atas paruh, berwarna merah pada jantan dan kuning pada betina. Paruh berwarna kuning dan memiliki kantung biru pada tenggorokan.
    Burung yang umum dijumpai menghuni hutan primer dan hutan rawa. Kadang di hutan sekunder yang tinggi dan petak-petak hutan yang tersisa dalam lahan budidaya yang luas , juga mengunjungi hutan mangrove. Burung ini memakan antara lain buah – buahan , serangga juga telur anakkan burung.
  • Flora Khas Sulawesi Selatan :
    Image result for lontar
    Lontar merupakan fauna khas Sulawesi Utara. Tanaman sejenis palma yang tumbuh di Asia Selatan dan Asia Tenggara.Ciri – ciri tanaman ini memiliki batang tunggal dengan tinggi 15-30 m dan diameter batang sekitar 60 cm serta kokoh dan kuat. Daun – daun besar , terkumpul di ujung batang membentuk tajuk yang membulat. Helaian daun serupa kipas bundar , berdiameter hingga 1,5 m , bercangap sampai berbagi menjari , dengan taju anak daun selebar 5-7 cm , sisi bawahnya keputihan oleh karena lapisan lilin. Tangkai daun mencapai panjang 1m , dengan pelepah yang lebar dan hitam di bagian atasnya , sisi tangkai dengan deretan duri yang berujung dua.Karangan bunga dalam tongkol, 20-30 cm dengan tangkai sekitar 50 cm. Buah – buah bergerombol dalam tandan , hingga sekitar 20 butir , bulat peluru berdiameter 7-20 cm , hitam kecoklatan kulitnya dan kuning daging buahnya bila tua. Berbiji tiga butir dengan tempurung yang tebal dan keras.
Sumber:https://www.daftarflorafauna.web.id/flora-dan-fauna-khas-sulawesi-selatan/

Flora dan Fauna Khas Papua Barat

  • ·         Cenderawasih Merah

Cenderawasih Merah


Cendrawasih merah atau dalam nama ilmiahnya Paradisaea rubra adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang sekitar 33 cm, dari margaParadisaea. Burung ini berwarna kuning dan coklat, dan berparuh kuning. Burung jantan dewasa berukuran sekitar 72 cm yang termasuk bulu-bulu hiasan berwarna merah darah dengan ujung berwarna putih pada bagian sisi perutnya, bulu muka berwarna hijauzamrud gelap dan diekornya terdapat dua buah tali yang panjang berbentuk pilin ganda berwarna hitam. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka berwarna coklat tua dan tidak punya bulu-bulu hiasan. Endemik Indonesia, Cendrawasih merah hanya ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten Raja Ampat, provinsi Irian Jaya Barat.
Cendrawasih merah adalah poligamispesies. Burung jantan memikat pasangan dengan ritual tarian yang memamerkan bulu-bulu hiasannya. Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain. Burung betina menetaskan dan mengasuh anak burung sendiri. Pakan burung Cendrawasih Merah terdiri dari buah-buahan dan aneka serangga.Beberapa jenis cendrawasih yang dapat ditemui di Indonesia, yakni cendrawasih gagak (Lycocorax pyrrhopterus), cendrawasih panji (Pteridophora alberti), cendrawasih kerah (Lophorina superba), cendrawasih paruh-sabit kurikuri (Epimachus fastuosus), cendrawasih botak (Cicinnurus respublica), cendrawasih raja (Cicinnurus regius), cendrawasih belah rotan (Cicinnurus magnificus), cendrawasih bidadari halmahera (Semioptera wallacii), cendrawasih mati kawat (Seleucidis melanoleuca), cendrawasih kuning kecil (Paradisaea minor), cendrawasih kuning besar (Paradisaea apoda), cendrawasih raggiana (Paradisaea raggiana), cendrawasih merah (Paradisaea rubra).
Cendrawasih merah bersifat poligami spesies. Burung jantan akan memikat pasangannya dengan ritual tarian dengan memamerkan bulu-bulu hiasannya. Musim kawin burung cendrawasih merah terjadi pada bulan Mei hingga Agustus. Saat musim kawin, paling banyak 3-4 jantan akan memperebutkan satu betina. Padahal, di waktu normal 1-2 jantan hanya memperebutkan satu betina. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan yang terus berlanjut, serta populasi dan daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Cendrawasih Merah dievaluasikan sebagai beresiko hampir terancam di dalam IUCN Red List. Burung ini didaftarkan dalam CITES Appendix II.

  • ·         Matoa

Matoa

Matoa (Pometia pinnata) adalah tanaman buah khas Papua, tergolong pohon besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dengan diameter rata-rata maksimum 100 cm. Umumnya berbuah sekali dalam setahun. Berbunga pada bulan Juli sampai Oktober dan berbuah 3 atau 4 bulan kemudian. Penyebaran buah matoa di Papua hampir terdapat di seluruh wilayah dataran rendah hingga ketinggian ± 1200 m dpl. Tumbuh baik pada daerah yang kondisi tanahnya kering (tidak tergenang) dengan lapisan tanah yang tebal. Iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik adalah iklim dengan curah hujan yang tinggi (>1200 mm/tahun). Matoa juga terdapat di beberapa daerah di Sulawesi, Maluku, dan Papua New Guinea.] Buah matoa memiliki rasa yang manis.


Di Papua dikenal 2 jenis matoa, yaitu Matoa Kelapa dan Matoa Papeda. Ciri yang membedakan keduanya adalah terdapat pada tekstur buahnya, Matoa Kelapa dicirikan oleh daging buah yang kenyal seperti rambutan aceh, diameter buah 2,2-2,9 cm dan diameter biji 1,25-1,40 cm. Sedangkan Matoa Papeda dicirikan oleh daging buahnya yang agak lembek dan lengket dengan diamater buah 1,4-2,0 cm. Tanaman ini mudah beraptasi dengan kondisi panas maupun dingin. Pohon ini juga tahan terhadap serangga, yang pada umumnya merusak buah.

Flora dan Fauna Khas Sumatra Utara

Provinsi Sumatera Utara telah menetapkan tumbuhan dan satwa identitasnya. Sebagai flora identitas, khas, atau maskot adalah bunga kenanga (Cananga odorata). Sedangkan hewan yang ditetakan sebagai fauna identitas, khas, atau maskot adalah Burung Beo Nias (Gracula religiosa robusta).

Kenanga Flora Khas Sumatera Utara

Bunga kenanga ditetapkan sebagai tumbuhan khas, maskot, atau flora identitas provinsi Sumatera Utara. Bunga Kenanga adalah bunga dari famili Annonaceae yang mempunyai ciri khas aroma yang wangi. Karena itulah bunga ini kerap disuling untuk dijadikan minyak wangi. Pun kerap dipergunakan sebagai pelengkap acara-acara adat dan keagamaan. Termasuk dipergunakan sebagai salah satu bunga tabur saat berziarah.
Nama latin tumbuhan ini adalah Cananga odorata (Lam.) Hook. f. & Thomson yang mempunyai beberapa nama sinonim diantaranya Cananga mitrastigma (F.Muell.) Domin, Cananga odoratum (Lam.) Baill. ex King, Cananga scortechinii King, Unona cananga Spreng., dan Uvaria odorata Lam.
Bunga Kenanga
Bunga Kenanga
Pohon kenanga dapat mempunyai tinggi hingga 20 meter dengan diameter batang mencapai 70 cm. Bunga kenanga merupakan bunga majemuk dengan garpu-garpu. Tersusun menyerupai bintang yang terdiri atas 6 lembar daun bunga. Mahkota bunga berwarna kuning. Bunga ini mempunyai aroma wangi yang khas. Kenanga juga termasuk salah satu bunga yang mudah perawatannya.
Klasifikasi Ilmiah Kenanga : Kerajaan: Plantae. Divisi: Tracheophyta. Kelas: Magnoliopsida. Ordo: Magnoliales. Famili: Annonaceae. Genus: Cananga. Spesies: Cananga odorata.

Beo Nias Hewan Khas Sumatera Utara

Hewan khas atau fauna identitas Sumatera Utara adalah burung Beo Nias. Burung dari famili Sturnidae ini adalah anak jenis (subspesies) dari Burung Beo (Gracula religiosa). Subspesies yang dikenal sebagai Burung Beo Nias ini merupakan burung endemik Sumatera Utara. Daerah sebarannya meliputi Pulau Nias, Pulau Babi, Pulau Tuangku, Pulau Simo dan Pulau Bangkaru.
Nama latin hewan ini adalah Gracula religiosa religiosa Linnaeus, 1758. Burung Beo sendiri dalam bahasa Inggris kerap disebut sebagai Common Hill Myna atau Hill Myna.
Burung Beo Nias
Burung Beo Nias
Burung Beo Nias berukuran sekitar 40 cm. Hampir seluruh bulunya berwarna hitam pekat kecuali bulu di bagian bagian sayap yang berwarna putih. Paruh berwarna kuning orange, sedang kaki berwarna kuning. Ciri khas burung Beo Nias yang membedakan dengan burung beo lainnya adalah adanya sepasang gelambir cuping telinga berwarna kuning serta iris mata yang berwarna coklat gelap.
Beo Nias bersama burung beo lainnya terdaftar sebagai spesies Least Concern oleh IUCN Redlist dan terdaftar sebagai Appendix II CITES. Di Indonesia termasuk burung yang dilindungi berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1990 dan Peraturan pemerintah No. 7 Tahun 1999.
Klasifikasi Ilmiah Beo Nias: Kerajaan: Animalia. Filum: Chordata. Kelas: Aves. Ordo: Passeriformes. Famili: Sturnidae. Genus: Gracula. Spesies: G. religiosa. Subspesies Gracula religiosa robusta.
Sumber:https://alamendah.org/2014/09/06/flora-dan-fauna-khas-provinsi-sumatera-utara/

Flora dan Fauna Khas Aceh

  • Fauna Khas Aceh :
    Image result for Kucica Ekor-kuning
    Burung Cempala Kuning atau yang biasa disebut Ceumpala Kuneng merupakan burung identitas provinsi Aceh. Burung yang telah menjadi burung kebanggaan sejak jaman Sultan Iskandar Muda (1607 – 1636) ini juga disebut Kucica Ekor-Kuning ini kemudian ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Aceh.Burung asli Indonesia ini mempunyai beberapa nama mulai dari cempala kuneng , kucica ekor-kuning dan ceumpala kuneng atau dalam bahasa Aceh sendiri disebut sebagai cicem pala kuneng. Dalam bahasa Inggris salah satu anggota burung pengicau ini disebut dengan Rufous-tailed Shama. Dan dalam bahasa Latin , nama ilmiah resminya adalah Trichixos pyrropygus , Lesson 1839 yang bersinonim dengan Trichixos Pyrropyga Sibley and Monroe (1990 , 1993) dan Copsychus Pyrropygus.Burung ini memiliki ciri – ciri antara lain berukuran sedang sekitar 21 cm dan berekor panjang. Warna bulunya coklat keabuan tua mengkilap dengan ciri khas alis putih yang terbentuk di atas mata , serta paruh hitam yang tajam. Memiliki dada dan perut sampai pangkal ekor dan punggung berwarna kuning kemerahan , sedangkan ujung ekornya berwarna hitam dengan pinggir putih pada bagian bawahnya. Burung betina lebih coklat serta tidak mempunyai alis putih. Burung remaja memiliki warna coklat berbintik – bintik kuning merah karat. Biasanya burung ini memiliki siulan merdu , nada tunggal dan nada ganda, “Pi-uuu”, meningkat dan menurun secara bergantian dan secara tidak tetap.Hewan yang dikenal sebagai khas provinsi Aceh ini memiliki habitat di Indonesia , Semenanjung Malaysia , Brunei Darussalam , dan Thailand. Di Indonesia burung ini bukan hanya ada di Aceh saja , namun juga hampir di seluruh pulau Sumatera dan kalimantan. Jumlah populasi dan individu ini tidak diketahui dengan pasti. Menurut informasi yang didapatkan populasi ini mengalami penurunan populasi yang sangat besar dan terancam langka.
  • Flora Khas Aceh :
    Image result for Bunga Jeumpa
    Bunga Jeumpa (Michelia Champaka) atau Cempaka Kuning juga merupakan flora khas Aceh. Bunga ini sebenarnya berasal dari India dan tersebar mulai dari India , Indo Cina , Semenanjung Malaya , Sumatra , Jawa , dan Kepulauan Sunda Kecil. Bunga Jeumpa tumbuh dipinggir hutan pada tanah yang subur pada ketinggian hingga 1500 m diatas permukaan laut.Bunga ini memiliki ciri – ciri antara lain memiliki bunga yang berbau wnagi dan berwarna oranye , kuning atau putih krem , berukuran agak besar , helaian bunganya tersusun dalam untaian yang banyak. Buahnya berwarna coklat terdiri atas 2-6 biji. Minyak bunga ini digunakan sebagai bahan partfum. Flora ini diketahui ditanam dengan mudah melalui biji yang akan tumbuh kurang lebih 3 bulan sesudah biji disebar dan dalam waktu 4-5 tahun pohon telah menghasilkan bunga.
Sumber:https://www.daftarflorafauna.web.id/flora-dan-fauna-khas-aceh/

Flora dan Fauna Khas Riau

Pohon Nibung 

Nibung (Oncosperma tigillarium) termasuk kelompok Palem yang biasanya tumbuh liar, tumbuh berumpun seperti bambu. Satu Palem Nibung memiliki 5-30 anakan. Tinggi batang/pohon Nibung dapat mencapai 30 meter, lurus dan berduri, garis tengah batang sekitar 20 cm. Batang dan daunnya terlindungi oleh duri keras panjang berwarna hitam.

Daunnya tersusun majemuk menyirip tunggal (pinnatus) hampir mirip daun kelapa ujungnya agak melengkung dan anak-anak daun menunduk sehingga tajuknya nampak indah. Warna tangkai perbungaan kuning cerah.

Bunga pohon Nibung berbentuk tandan seperti mayang kelapa yang menggantung, warna bulir kuning keunguan. Dalam setiap mayang ada 2 jenis bunga, bunga jantan dan bunga betina. Umumnya 1 bunga betina diapit oleh 2 bunga jantan. Seludang pembungkus perbungaannya juga berduri. Buahnya bundar, berbiji satu permukaan halus warna ungu gelap.

Pohon Nibung (Oncosperma tigillarium) yang dalam bahasa Inggris disebut “Nibong” atau “Palm” ini memiliki beberapa nama lokal seperti:

- Nibung (Batak)
- Libung (Aceh)
- Alibuk (Mentawai)
- Hoya (Nias)
- Hanibung (Lampung)
- Kandibong (Sampit)
-  Erang, Handiwung, Liwung (Sunda)
-  Gendiwung (Jawa)

Pohon Nibung dimanfaatkan mulai dari batang, buah hingga daunnya. Batang Nibung dapat digunakan untuk bahan bangunan (lantai, pipa untuk saluran air dan sebagainya), dan tongkat. Daun untuk atap rumah dan anyaman keranjang.

Baik batang maupun daun pohon ini memiliki daya tahan yang lama dan tidak mudah lapuk meskipun terendam dalam air payau. Bahkan salah satu temuan arkeolog menyebutkan bahwa batang Nibung telah dipergunakan sebagai bahan bangunan di lahan gambut oleh masyarakat Jambi sejak abad kesebelas.

Bunganya dapat dimanfaatkan untuk mengharumkan beras. Umbut dan kuncup bunga Nibung dapat dibuat sayur serta buahnya dapat pula dipakai sebagai teman makan sirih pengganti pinang. Duri Nibung yang disebut “pating” dipakai sebagai paku bangunan sesaji dalam upacara adat.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae. Divisi: Magnoliophyta. Kelas: Liliopsida. Ordo: Arecales. Famili: Arecaceae. Genus: Oncosperma. Spesies: Oncosperma tigillarium. Nama binomial: Oncosperma tigillarium Sinonim: Oncosperma filamentosum

Burung Serindit
Serindit adalah burung-burung dalam genus burung paruh-bengkok Loriculus . Burung-burung ini berukuran kecil dan tersebar di hutan tropis di Asia Tenggara. Jenis burung serindit ada beberapa jenis, tapi umunya burung serindit memiliki bulu berwarna hijau dengan ekor yang pendek.
Serindit Melayu hidup dalam kelompok.


Burung ini memiliki kebiasaan aktif memanjat dan berjalan daripada terbang. Saat istirahat, burung serindit menggantungkan badan ke bawah. Pakannya terdiri dari sayuran hijau, buah-buahan, padi-padian dan aneka serangga kecil.

Burung betina biasanya menetaskan antara tiga sampai empat butir telur yang dierami sekitar 18 sampai 20 hari. Populasi Serindit Melayu tersebar di hutan dataran rendah, dari permukaan laut sampai ketinggian 1,300m di negara Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand.



Sumber: http://selaseptian020.blogspot.com/2013/02/flora-dan-fauna-khas-riau.html#ixzz5giLhwWCP

Flora dan Fauna Khas Sumatra Barat

Pohon Andalas
Pohon Andalas merupakan tanaman khas Sumatera Barat. Pohon dengan nama latin Morus macroura ini ditetapkan menjadi flora identitas bagi provinsi Sumatera Barat. Pohon Andalas (Morus macroura) masih berkerabat dekat dengan pohon Murbei (Morus alba) yang biasa digunakan sebagai pakan ulat sutra (Bombyx mori). Tanaman yang disebut sebagai Himalayan Mulberry atau Sumatra Mulberry ini dalam bahasa daerah sering dinamai juga sebagai Kertau, Hole Tanduk, dan Andaleh. Sedangkan dalam bahasa ilmiah pohon yang menjadi maskot (flora identitas) Sumatera Barat ini dinamakan Morus macroura yang bersinonim dengan Morus laevigata.


Ditetapkannya pohon Andalas sebagai flora identitas Sumatera Barat mungkin tidak terlepas dari pemanfaatan kayu Andalas sebagai bahan pembangunan rumah adat di daerah Minangkabau. Sayangnya pohon ini mulai langka dan sulit ditemukan. Bahkan untuk memperoleh kayunya seringkali memerlukan perjalanan berhari-hari menuju lokasinya di hutan.

Diskripsi Pohon Andalas. Pohon Andalas mempunyai tinggi sekitar 40 meter dengan diameter batang mencapai 1 meter. Bentuk daun mirip daun murbai (Morus alba), seperti jantung namun permukaan daunnya sedikit kasar karena berbulu. Bagian tepi daunnya bergerigi. Tangkai daun maupun cabang Andalas juga berbulu, bulu-bulu tersebut bisa menyebabkan gatal-gatal pada kulit yang peka.

Buah Andalas pun mirip dengan buah murbai. Buahnya berbentuk majemuk, menggerombol berwarna hijau jika masih muda dan menjadi ungu kemerahan bila telah masak. Buahnya berair dan dapat dimakan dengan rasa asam-asam manis. Perbanyakan pohon ini bisa dengan cara stek.

Pohon Andalas (Morus macroura) tumbuh tersebar mulai dari India, China bagian selatan, Kamboja, Thailand, dan Indonesia. Di Indonesia tanaman ini hanya bisa ditemukan di Sumatera dan Jawa bagian barat.Habitat pohon Andalas terdapat di hutan-hutan dataran tinggi dengan curah hujan yang cukup banyak pada ketinggian antara 900-2.500 meter dpl.

Pohon yang ditetapkan sebagai tanaman khas (flora identitas) provinsi Sumatera barat ini terkenal sebagai kayu yang kuat, tahan serangga dan tidak mudah lekang oleh panas maupun lapuk oleh hujan. Oleh karenanya kayu Andalas sering dimanfaatkan sebagai bahan bangunan untuk rumah baik sebagai tiang, balok landasan rumah, papan dinding, maupun lantai. Selain itu kayunya juga kerap kali dipergunakan untuk pembuatan perabot rumah tangga.

Meskipun tidak termasuk dalam ‘daftar merah’ (red list) IUCN, tetapi di Indonesia (baik di Jawa maupun di Sumatera), tanaman ini mulai langka dan sulit ditemukan. Tentunya kita tidak menginginkan sebuah maskot provinsi akan menjadi punah.


Kuaua Besar
Kuau adalah unggas yang tergabung dalam marga Argusianus. Terdapat dua jenis kuau: kuau raja (Argusianus argus) dan kuau bergaris ganda (Argusianus bipunctatus). Keduanya berasal dari Kepulauan Nusantara. Kuau bergaris ganda tidak pernah ditemukan di alam, deskripsinya didasarkan pada sejumlah bulu yang dikirim ke London dan dipertelakan pada tahun 1871. IUCN memasukkannya dalam status punah.


Selain untuk Argusianus, nama kuau juga diberikan pada kuau kerdil Malaya (Polyplectron malacense). Untuk kuau yang satu ini, statusnya dalam IUCN adalah rentan/VU

Burung ini mudah dikenali karena memiliki tubuh yang indah dan spesifik. Tubuh yang jantan lebih besar daripada betina. Beratnya adalah 11,5 kg dan panjangnya adalah 2 meter. Umumnya, berwarna dasar kecoklatan dan dengan bundaran bundaran kecoklatan. Kulit disekitar kepala dan leher kuau jantan berwarna kebiruan. Bagian belakang jambul betina, ditumbuhi jambul yang lembut. Warna kaki kuau betina kemerahan dan tidak mempunyai taji/susuh.Suara burung kuau terdengar hingga lebih dari 1 mil.

Burung ini suka hidup di kawasan hutan, mulai dari dataran rendah sampai pada ketinggian sekitar 1300m di atas permukaan laut. Penye­baran burung ini adalah di Sumatera dan Kalimantan. Juga terdapat di Asia Tenggara.Mereka jarang dijumpai di hutan sekunder dan bekas tebangan sampai ketinggian 1.300 meter dpl.

Makanannya terdiri dari buah-buahan yang jatuh, biji-bijian, siput, semut dan berbagai jenis serangga. Burung ini juga suka mencari sumber air untuk minum sekitar jam sebelas siang.



Sumber: http://selaseptian020.blogspot.com/2012/11/flora-dan-fauna-khas-sumatera-barat.html#ixzz5giL6P72C

7 Tempat Wisata di Aceh yang sedang Hits Dikunjungi

Masjid Raya Baiturrahman

Wisata Masjid Raya Baiturrahman Aceh
Photo by @@teuku.zulvant90
Masjid yang telah berdiri sejak tahun 1612 ini menjadi salah satu tempat wisata religi yang wajib dikunjungi ketika liburan ke Aceh.
Masjid ini menjadi saksi dahsyatnya bencana tsunami dan menjadi salah satu tempat berlindung bagi warga Aceh kala itu.
Masjid Raya Baiturrahman merupakan ikon wisata kota Aceh dengan tekstur bangunan yang megah dan kokoh dengan kubahnya yang didominasi warna hitam.
Masjid yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda ini dikelilingi oleh tujuh menara dengan masing-masing kubah hitam di atasnya. Keberadaan kolam besar dengan pancuran layaknya Taj Mahal India di halaman depan membuat masjid ini terlihat semakin indah dan menakjubkan.
Bahkan situs Huffington Post memasukkan masjid ini sebagai salah satu masjid terindah dari daftar 100 masjid terindah di dunia.
Sementara Yahoo! menyebutnya sebagai salah satu dari 10 masjid terindah di dunia. Tentu hal ini menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi masyarakat Aceh dan Indonesia pada umumnya.
Selain berkunjung ke Masjid Baiturrahman, kamu juga bisa mencari souvenir unik di Pasar Aceh terletak di belakang masjid.  Juga bisa mencicipi beberapa makanan khas Aceh yang banyak dijual di pasar tersebut.

Museum Tsunami

Wisata Hits Museum Tsunami Aceh
Photo by @zammil.zikir
Peristiwa tsunami di tahun 2004 menjadi bencana alam yang sangat memilukan dengan banyaknya korban yang jatuh, demikian juga dengan bangunan dan berbagai fasilitas umum yang porak poranda.
Dalam Museum Tsunami, terdapat beberapa ruangan yang menggambarkan betapa dahsyatnya bencana tsunami yang terjdai pada saat itu. Ruangan tersebut antara lain adalah:
Lorong tsunami: Lorong ini disebut sebagai space of fear yang menggambarkan bagaimana rasa ketakutan yang dialami oleh masyarakat Aceh saat tsunami melanda. Di lorong ini, kamu dapat mendengar kembali suara gemuruh air dan kucuran air sebagai gambaran ketika tsunami datang. Cahaya lorong yang remang dan gelap membuat suasana pun semakin mencekam.
Ruang kenangan: Di ruangan ini terdapat kenangan terjadinya tsunami pada 26 layar monitor yang menggambarkan tanggal terjadinya tsunami, yaitu pada 26 Desember 2004. Setiap monitor akan menampilkan foto para korban tsunami dalam bentuk slide.
Sumur do’a: Dengan tinggi ruangan mencapai 30 meter, terdapat lebih dari 2000 nama para korban tsunami berbentuk slider. Ruangan ini menyimpan makna filosofi dimana kamu diajak untuk mendo’akan para korban bencana tsunami menurut agama dan keyakinannya masing-masing.
Lorong cerobong: Lorong cerobong memiliki design yang cukup unik dengan lantai yang berkelok-kelok dan tidak rata. Filosofi yang terkandung dalam ruangan ini mewakili kondisi masyarakat saat itu yang sedang dalam keadaan bingung dan panik mencari sanak keluarga yang hilang. Ruangan yang didominasi dengan lorong gelap ini nantinya akan menuju cahaya alami yang memiliki makna sebuah harapan untuk kehidupan di masa yang akan datang.
Jembatan harapan: Di ruangan ini terdapat 54 bendera dari 54 negara yang secara suka rela turut serta membantu masyarakat Aceh bangkit kembali membangun Aceh dengan berbagai jenis bantuan yang sangat berarti.
Lokasi: Jl. Iskandar Muda No 3, Sukaramai, Baiturrahman, Kota Banda Aceh.

Rumah Cut Nyak Dien

Wisata HIts Rumah Cut Nyak Dien Aceh
Photo by @rrilmira
Rumah Cut Nyak Dien merupakan tempat bersejarah yang bermanfaat bagi siapapun untuk mengenang  kembali peristiwa sejarah di masa lampau, terutama sosok pahlawan wanita Cut Nyak Dien yang berjuang melawan penjajahan Belanda.
Berkunjung ke Rumah Cut Nyak Dien juga bisa menjadi media untuk memupuk rasa cinta tanah air dan meneladani sikap patriotisme para pahlawan yang begitu tinggi.
Destinasi wisata ini merupakan replika dari rumah Cut Nyak Dien yang telah terbakar di tahun 1896.
Lokasi: Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar.

Tugu Nol Kilometer

Wisata Tugu Nol Kilometer Aceh
Photo by @zuly_istiqomah
Jalan-jalan ke Aceh tidak akan lengkap bila tidak mengambil foto di Tugu Nol Kilometer.  Daerah yang menjadi destinasi favorit untuk berswafoto dengan background tugu yang ikonik.
Tugu ini disebut-sebuit sebagai titik nol Indonesia sehingga sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Lokasi: Desa Iboih Ujong Ba’u, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang, Pulau Weh, Aceh.

Pusat Latihan Gajah Saree

Wisata Hits Pusat Latihan Gajah Saree Aceh
Photo by @huluq4indonesia
Seperti halnya Lampung, di Aceh juga terdapat pusat latihan gajah yang terletak di Kabupaten Aceh Besar. Keberadaan gajah-gajah di Aceh diketahui sudah ada sejak zaman dulu, bahkan pada masa kerajaan Aceh di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda ada sekitar 40.000 pasukan gajah yang terlatih untuk keperluan militer.
Saat ini Pusat Latihan Gajah Saree bertujuan melatih gajah-gajah untuk menghalau gajah liar yang ada di sekitar kawasan hutan. Selain itu, gajah juga dilatih untuk bermain sepakbola sebagai bentuk hiburan bagi wisatawan.
Bagi kamu yang ingin berkeliling di area sekitar, dapat memanfaatkan gajah tersebut untuk mendapatkan pengalaman wisata yang unik dan berkesan.

Rumah Tradisional Aceh

Wisata Rumah Tradisional Aceh
Photo by @yose8rz
Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur). Atap rumah berfungsi sebagai tempat penyimpanan pusaka keluarga.
Lokasi: Mesium aceh. kota banda aceh. Aceh.

Pulau Mincau

Wisata Hits Pulau Mincau Aceh
Photo by @si_def
Menyambangi Aceh jangan hanya pergi ke Masjid Baiturrahman saja, tapi cobalah sesekali untuk menjelajah lebih dalam dan temukan harta yang tersimpan.
Salah satu harta tersimpan yang dimiliki oleh Aceh ialah Pulau Mincau. Pulau kecil namun akan memberi arti mendalam bagi liburan para wisatawan.
Keindahan Pulau Mincau tidak perlu diragukan lagi. Sebab, pulau yang berada di Teupah Barat, Simeulue, Aceh ini pesonanya sudah merebak ke segala penjuru dunia, bahkan pernah dijadikan tempat syuting suatu produk bikini dari Hawaii.
Pantainya yang cantik, memiliki pasir putih yang sangat bersih dan memanjakan mata. Air lautnya jernih berwarna biru dengan gradasi yang mampu meluluhkan hati. Kesempurnaan pesona Pulau Mincau tidak bisa diwakilkan dengan sepatah kata pun.
Di Pulau Mincau, wisatawan dapat menikmati keindahannya dengan menyelami airnya yang jernih dan bersih, bermain selancar, bermain pasir ataupun hanya sekadar duduk-duduk sambil memejamkan mata meresapi suasana yang tenang dan mendamaikan jiwa.
Bila hendak berlibur ke pulau ini, wisatawan harus membawa kamera terbaik dan kamera bawah laut agar bisa mengabadikan moment liburan dengan maksimal dan mampu mengambil gambar keindahan bawah laut Pulau Mincau dengan hasil yang memuaskan.
Lokasi: Pulau Mincau, Simeulue
Sumber:https://nyero.id/tempat-wisata-di-aceh/

Flora dan Fauna Khas Sulawesi Selatan

Fauna Khas Sulawesi Selatan : Julang sulawesi merupakan fauna khas Sulawesi utara. Julang sulawesi (Aceros cassidix) adalah spesies burung...